BAB 3 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
Proses
pengambilan keputusan oleh konsumen
Model proses
pengambilan keputusan
Konsumen adalah pengambil keputusan konstruktif dan terpapar
banyak pengaruh konstektual.
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa secara garis besar
perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu budaya, sosial, dan
pribadi. Dan proses psikologi kunci yang menjadi latar belakang mengap
a
konsumen memilihdan membeli suatu produk
karena adanya motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori.
Secara umum ada tiga cara atau model analisis pengambilan
keputusan konsumen, yakni:
- Economic Models, pengambilan keputusan diambil berdasarkan alas an ekonomis dan bersifat lebih rasional.
- Psychological models, diambil lebih banyak akrena lasan psikoligs dan sejumlah faktos sosilogis seperti pengaruh keluarga dan budaya
- Consumer behaviour models. Model yang umumnya diambil kebanyakan konsumen, Dilandasi oleh faktos ekonimis rasional dan psikologis.
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan yang biasa disebut Model Lima Tahap, yaitu :
Proses pembelian dimulai pada saat konsumen menyadari bahwa ia mempunyai suatu kebutuhan atau masalah yang dipicu oleh pengaruh dari dalam maupun dari luar.
2. Pencarian informasi
Jika sudah mengetahui kebutuhan yang sedang diperlukan maka konsumen akan mencari informasi, biasanya dalam jumlah yang terbatas. Dalam tahap ini konsumen mengalami beberapa pengaruh yang sangat dinamis karena tersedianya kemudahan dalam mendapatkan informasi.
3. Evaluasi alternatif
Dalam proses ini biasanya konsumen mencari manfaat tertentu dari suatu produk, dikarenakan ketersediaan produk yang beragam maka konsumen melihat masing-masing atribut dari suatu produk dan akan memberikan perhatian lebih besar pada atribut produk yang paling memenuhi kebutuhannya.
4. Keputusan pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen
membentuk preferensi antarmerek dalam kumpulan pilihan. Konsumen mungkin juga
membentuk maksud untuk membeli merek yang paling disukai.
5. Perilaku pascapembelian
Setelah melakukan pembelian, konsumen mungkin akan mengalami konflik dikarenakan melihat atau mendengarkan hal yang menyenangkan mengenai merk lain.
Proses keputusan konsumen mungkin tidak selalu berkembang dengan gaya perencanaan yang cermat, berikut ini beberapa teori lain tentang pengambilan keputusan konsumen :
1. Tingkat keterlibatan konsumen
2. Heuristik dan bias keputusan
3. Akuntansi mental
4. Menentukan profil proses keputusan pembelian pelanggan
5. Perilaku pascapembelian
Setelah melakukan pembelian, konsumen mungkin akan mengalami konflik dikarenakan melihat atau mendengarkan hal yang menyenangkan mengenai merk lain.
Proses keputusan konsumen mungkin tidak selalu berkembang dengan gaya perencanaan yang cermat, berikut ini beberapa teori lain tentang pengambilan keputusan konsumen :
1. Tingkat keterlibatan konsumen
Tingkat keterlibatan dan pemrosesan aktif
yang dilakukan konsumen dalam merespons rangsangan pemasaran. Disini ada tiga
model konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk:
a.
Model kemungkinan elaborasi (Richard Petty dan
John Cacioppo)
Menggambarkan bagaimana konsumen membuat penilaian, baik dalam
keterlibatan rendah maupun tinggi.
b.
Strategi pemasaran keterlibatan
rendah
Banyak konsumen membeli produk dalam kondisi
keterlibatan rendah dan ketiadaan perbedaan merek yang signifikan. Jika
konsumen memakai merek yang sama, hal itu hanya kebiasaan bukan loyalitas merek
yang kuat, biasanya untuk produk murah yang sering dibeli, contohnya garam.
c.
Perilaku pembelian pencari keberagaman
Ada situasi dimana pembeli ditentukan karakternya
dengan keterlibatan rendah tetapi perbedaan mereknya signifikan.
Kita mengetahui bahwa konsumen tidak selalu
memproses informasi atau mengambil keputusan dengan rasional dan cermat.
Terkadang terjadi heuristik dan bias dalam pengambilan keputusan, ada tiga tipe:
a.
Heuristik ketersediaan, konsumen mendasarkan
prediksi mereka berdasarkan kecepatan dan kemudahan dimana satu contoh hasil
tertentu muncul di pikiran mereka. Misalnya ada suatu produk yang awalnya gagal
dipasarkan dan konsumen menganggap di masa mendatang produk tersebut akan gagal
dan konsumen lebih terbujuk untuk membeli jaminan produk.
b.
Heuristik representatif, konsumen mendasarkan
prediksi mereka atas se-representatif atau semirip apa suatu hasil dengan
contoh lain. Itulah mengapa ada suatu produk yang memiliki merek atau label
yang mirip dengan pesaingnya.
c.
Heuristik penjangkaran dan penyesuaian, konsumen
sampai pada penilaian awal dan kemudian menyesuaikannya berdasarkan informasi
tambahan. Untuk itu, pemasar sebaiknya memberikan kesan pertama yang kuat untuk
menempatkan jangkar(penempatan) yang baik, selanjutnya konsumen akan tertarik
untuk membeli.
Hal ini mengacu pada cara konsumen
mengkodekan, mengkategorikan, dan mengevaluasi hasil finansial dari pilihan
atau secara resmi “kecenderungan untuk mengkategorikan dana atau item nilai
meskipun tidak ada basis logis untuk kategorisasi itu. Peneliti menemukan bahwa
konsumen menggunakan akuntansi mental ketika menangani uang mereka.
Hal ini mengenai, bagaimana pemasar
mempelajari tahap-tahap dalam proses pembelian konsumen untuk produknya.
Tipe-tipe
proses pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan ( Decision making) adalah
tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran dibagi
dalam 3 tipe :
(1) Keputusan terprogram/keputusan terstruktur :
keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan
terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co:/
keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
(2) Keputusan setengah terprogram / setengah
terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan
rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli
sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
(3) Keputusan tidak terprogram/ tidak
terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi.
Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan
keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan
biasanya berasal dari lingkungan luar.
1. Proses “ Complex Decision Making “
terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem
fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam
kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk mengevaluasi
dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu
seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk
mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan
keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti
persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan
stratergi pemasaran.
2. Proses “ Brand Loyalty “
Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman
masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak
ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu
karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus
disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena
keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa
karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang
lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak
penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana
konsumen tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan
barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.
3. Proses “ Limited Decision Making “
Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka
tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki
sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang
mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya
dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih
terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan
keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu
tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan
kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah
bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan
apabila resikonya minimal.
Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada
kekhasan konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan
kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap konsumen
terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang konsumen
mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai
nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan
menggeser merek dalam mencari variasi.
4. Proses “ Inertia “
Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak
ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama
bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang
cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi
pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa
dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya
menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada
perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas
tisu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pemecahan masalah
Konsumen menggunakan pemecahan masalah yang terbatas ketika
mereka melakukan sedikit usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini
sering dilakukan oleh konsumen ketika membeli suatu produk yang telah mereka
gunakan sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi jangkauan pemecahan masalah,
alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang relevan, tersedianya waktu
yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam untuk membeli produk dan terdapat
tingkat keterlibatan (relevansi pribadi) yang tinggi yang menyertai pembelian.
Terdapat 5 faktor internal
yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
- Motivasi (motivation) : Suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
- Persepsi (perception) : Hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
- Pembentukan sikap (attitude formation) : Penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal
- Integrasi (integration) : Kesatuan antara sikap dan tindakan.Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
- Pembelajaran (learning) : Proses belajar yang dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai alternatif dalam pembelian selanjutnya.
Pembelian
Keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2000: 437)
adalah “the selection of an option from two or alternative choice”. Dapat
diartikan, keputusan pembelian adalah suatu keputusan seseorang dimana dia
memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada.
Macam-Macam Situasi
Pembelian
Jumlah dan kompleksitas kegiatan konsumen dalam pembeliannya
dapat berbeda-beda. Menurut Howard, pembelian konsumen dapat ditinjau sebagai
kegiatan penyelesaian suatu masalah, dan terdapat tiga macam situasi:
1. Perilaku Responsi Rutin
Jenis perilaku pembelian yang paling sederhana terdapat
dalam suatu pembelian yang berharga murah dan sering dilakukan. Dalam hal ini
pembeli sudah memahami merk-mek beserta atributnya.
2. Penyelesaian Masalah Terbatas
Pembelian yang lebih kompleks dimana pemeli tidak mengetahui
sebuah merk tertentu dalam suatu jenis produk yang disukai sehingga membutuhkan
informasi lebih banyak lagi sebelum memutuskan untuk membeli
3. Penyelesaian Masalah Ekstensif
Pembelian yang sangat kompleks yaitu ketika pembeli
menjumpai jenis produk yang kurang dipahami dan tidak mengetahui kriteria
penggunaannya
Peranan Konsumen Dalam
Keputusan Pembelian
Menurut Swastha dan Handoko (2011) berpendapat bahwa lima
peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu: Pengambilan inisiatif
(initiator): individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau
yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk
melakukan sendiri. Orang yang
mempengaruhi (influencer): individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli
baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Pembuat keputusan (decider): individu yang memutuskan apakah akan
membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan
dimana membelinya. Pembeli (buyer):
individu yang melakukan pembelian yang sebenarnya. Pemakai (user): individu yang menikmati atau
memakai produk atau jasa yang dibeli.
Diagnosa
perilaku konsumen
Struktur Keputusan
Membeli
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli itu
sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli
mempunyai suatu struktur yang mencakup beberapa komponen:
1. Keputusan tentang jenis produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah
radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan
harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat membeli radio
serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.
2. Keputusan tentang bentuk produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli bentuk
radio tertentu. Keputusan tersebut menyangkut pula ukuran, mutu suara, corak
dan sebagainya. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan riset pemasaran untuk
mengetahui kesukaan konsumen tentang produk bersangkutan agar dapat
memaksimalkan daya tarik merknya.
3. Keputusan tentang merk
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merk mana yang
akan dibeli. Setiap merk memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri. Dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merk.
4. Keputusan tentang penjualnya
Konsumen harus mengambil keputusan di mana radio tersebut
akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko khusus
radio, atau toko lain. Dalam hal ini, produsen, pedagang besar, dan pengecer
harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak
produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin
lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak
produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda dari para pembeli.
6. Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus
melakukan pembelian. Masalah ini akan menyangkut tersedianya uang untuk membeli
radio. Oleh karena itu perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian. Dengan
demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau dengan cicilan.
Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah
pembeliannya. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui keinginan pembeli
terhadap cara pembayarannya.
Terdapat tiga pendekatan utama dalam
meneliti perilaku konsumen.
Pendekatan
pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan
ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi
dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk
memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan
dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan ke dua
adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan
ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan pembuatan
keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei untuk menguji
coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses
informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku konsumen.
Pendekatan ke
tiga disebut sebagai sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari ilmu
ekonomi dan statistika Pendekatan
ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika
berdasarkan hierarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow untuk memprediksi
pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal
dengan sebutan moving rate analysis.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki
nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi
marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah
perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan,
tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Sumber:
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. (2009). Edisi 13. Jilid
I. Manajemen Pemasaran. Jakarta:Erlangga
Komentar
Posting Komentar