BAB 4 MOTIVASI DAN KETERLIBATAN
MOTIVASI DAN KETERLIBATAN
Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasarannya. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu yang menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasarannya. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu yang menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.
Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal
dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk
mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh
kepuasan.
Sedangkan Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa
motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka
untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut dihasilkan dari suatu
tekanan yang diakibatkan oleh sudah atau tidak terpenuhinya kebutuhan,
keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif
(berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan
menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.
Dinamika
motivasi konsumen
Kebutuhan yang dirasakan dapat diaktifkan dengan cara-cara
yang berbeda, yang salah satunya sepenuhnya bersifat fisiologis, rasa haus atau
lapar merupakan contohnya. Manusia juga memiliki kapasitas untuk berfikir
tentang orang atau objek yang tidak hadir dalam waktu dekat atau membayangkan
konsekuensi yang diinginkan dari tindakan tertentu (Engel, 1995). Proses
berfikir ini sendiri dapat menggairahkan. Sebagai contoh, kita semua kadang dapat
merasakan lapar hanya dengan berfikir tentang makanan kegemaran. Akhirnya,
kegairahan dapat dicetuskan oleh informasi dari luar.
Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan
dalam perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang
diharapkan, yaitu manfaat utilitarian, dan manfaat hedonik /
pengalaman(Hirschman & Holbrook, 1982)
- Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif.
- Manfaat hedonik, sebaliknya, mencakupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis.
Kriteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat
hedonik bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk
atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih objektif.
Kedua manfaat menjadi diekspresikan sebagai kriteria evaluatif yang digunakan
di dalam proses pertimbangan dan penyeleksian alternatif terbaik.
Tujuan
motivasi konsumen
- Meningkatkan kepuasan
- Mempertahankan loyalitas
- Efisiensi
- Efektivitas
- Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.
Asas
motivasi
Motivasi konsumen haruslah dapat meningkatkan produktivitas
pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan atas lima asas :
• Asas Mengikutsertakan • Asas komunikasi • Asas pengakuan •
Asas wewenang yang didelegasikan • Asas perhatian timbal balik
Kebutuhan
dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat
sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu
berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan
dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi
timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin
dicapai. Kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu
waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku.
Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka
terhadap usaha motivasi para konsumen.
Dengan demikian, jika seseorang mempunyai motivasi yang
tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku
menguasai obyek tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan
mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran
adalah kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk/merek yang
ditawarkan pemasar atau tidak.
Klasifikasi
motif
Ada banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu
yang mendasarinya. Klasifikasi yang dikenal diantaranya :
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam
tubuh organic seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak
berlangsung dalam tubuh manusia.
2. Motif Instrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif Instrinsik adalah motif yang timbul dari dalam dan
Motif Ekstrinsik ditimbulkan dari luar.
3. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif Tunggal dan Motif Bergabung adalah klasifikasi motif
berdasarkan banyaknya.
4. Motif Mendekat dan Motif Menjauh
Motif Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi motif
berdasarkan pada reaksi organisme terhadap rangsangan yang dating.
5. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Motif Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada taraf
kesadaran manusia pada motif yang melatarbelakangi tingkah lakunya.
6. Motif Biogenetis, Sosiogenetis dan Teogenetis
Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang
berasal dari kebutuhan organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang
dipelajari dan berasal dari lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang
berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan.
Metode dan
bentuk pemberian motivasi
Metode atau cara yang digunakan perusahaan dalam pemberian
motivasi terdiri atas:
A. Metode langsung
(Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil atau non
materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap konsumen untuk memenuhi
kebutuhan serta kepuasannya. Hal ini sifatnya kusus, seperti bonus, tunjangan,
penghargaan terhadap pelanggan dan lain-lain.
B. Metode tidak
langsung (Indirect Motivation)
Metode tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah
konsumen untuk melakukan pembelian. Seperti pelayanan yang memuaskan, kualitas
barang ditingkatkan dan lain sebaggainya. Sedangkan bentuk motivasi yang
diberikan oleh perusahaan dapat dalam bentuk insentif positif maupun insentif
negatif:
1. Motivasi positif
(insentif positif)
Di dalam motivasi positif produsen tidak saja memberikan
dalam bentuk sejumlah uang tapi bisa juga memotivasi (merangsang konsumen)
dengan memberikan diskon, hadiah, pelayanan yang optimum yang ditunjukan pada
diferensiasi dari positioning yang dilakukan kepada mereka yang melakukan
pembelian dan yang akan melakukan pembelian.
2. Motivasi negative
(insentif negative)
Di dalam motivasi negatif produsen memotivasi konsumen dengan
standar pembelian, maka merekan akan mendapatkan ganjaran. Dengan motivasi
negatif ini semangat konsumen dalam jangka waktu pendek akan meningkat untuk
melaksanakan pembelian karena mereka mempunyai kepentingan terhadap kebutuhan
tersebut.
1) Kebutuhan
Fisik (plysical needs)
Berdasarkan hirarki kebutuhan dari maslow, kebutuhan paling
dasar dari manusia yang akan memotivasi mereka untuk bekerja adalah kebutuhan
fisik. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan akan makanan, kebutuhan seksual,
dan kebutuhan biologis lainnya. Dalam sebuah perusahaan, kebutuhan ini akan
terpenuhi mana kala tenaga kerja atau individu mendapatkan upah minuman yang
mereka kehendaki, lingkungan pekerjaan yang nyaman, dan lokasi yang bersih dari
polusi.
Kebutuhan Biologis ini mempunyai beberapa ciri :
- Kebutuhan-kebutuhan tersebut satu sama lain tidak begitu tergantung, walaupun sama-sama terdapat dan berasal dari tubuh
- Tempat kebutuhan itu tertentu dalam tubuh, misalnya: lapar ada diperut, haus ada dimulut, oksigen dipernafasan atau paru-paru
- Cara memenuhinya berlangsung berkali-kali, misalnya: kita makan tiga kali sehari atau lebih, minum beberapa kali sehari
- Dalam masyarakat atau lingkungan yang cukup makmur kebutuhan-kebutuhan fisiologis tidak dapat dipakai untuk merangsang.
Setelah kebutuhan fisik terpenuhi, menurut Maslow, kebutuhan
selanjutnya yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan keamanan. Kebutuhan akan
keamanan bukan sekedar untuk merasa aman dari berbagai gangguan fisik maupun
mental, akan tetapi juga perasaan aman akan ketidakpastian dimasa yang akan
datang. Oleh karena itu, diantara contoh akan kebutuhan ini adalah rencana
pasca pensiun dari pekerjaan, tunjangan dihari tua, dan lain sebagainya.
3) Kebutuhan
Sosial (social/belongingness needs)
Setelah kebutuhan fisik dan keamanan terpenuhi,
kebutuhanselanjutnya yang akan memotivasi tenaga kerja adalah kebutuhan untuk
berinteraksi dan diterima oleh lingkungan sosial. Perusahaan dapat memenuhi ini
melalui penciptaan kondisi yang memungkinkan para tenaga kerja untuk
berinteraksi satu sama lain dalam pekerjaannnya secara berlebihan fleksibel dan
terbuka.
4) Kebutuhan
Penghargaan (esteem needs)
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Maslow, kebutuhan
penghargaan merupakan salah satu kebutuhan yang akan memotivasi tenaga kerja
agar dapat bekerja dengan baik setelah kebutuhan akan fisik, keamanan dan
sosial terpenuhi. Akebutuhan ini dapat berupa penghargaan dari lingkungan
sekitar, dari atasan, maupun adanya kejelasan atas penghargaan bagi tenaga
kerja yang berprestasi. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan ini dengan
menerapkan system pemberian penghargaan yang jelas bagi setiap tenaga kerja,
kemudian juga dapat dengan menciptakan budaya organisasi yang menghargai setiap
upaya yang dilakukan oleh tenaga kerja.
Motif utama yang berhubungan dengan kebutuhan penghargaan dan
rekognisi, yaitu sebagai berikut:
- Prestise (prestige)
- Kekuasaan (power)
5) Kebutuhan
Aktualisas diri (selft actualization needs)
Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan untuk menempatkan diri
individu dalam lingkungan dan untuk pengembangan karier yang jelas, pekerjaan
yang menantang, dan lain-lain. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan ini melalui
pemberian promosi bagi tenaga kerja yang menunjukkan prestasi atau melalui
pelibatan sesering mungkin pegawai dalam berbagai proyek atau kegiatan yang
memiliki tantangan.
Maslow menekankan bahwa apabila kebutuhan fisiologis sudah
dipenuhi maka kebutuhan
keselamatan/keamanan menjadi lebih dominan. Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan
keselamatan/keamanan terpenuhi dengan baik maka kebutuhan sosial/afiliasi akan
mencul sebagai kebutuhan yang dominan, seseorang akan berjuang untuk
mendapatkan hubungan yang sangat bermakna dengan yang lain. Kemudian mereka
merasa membutuhkan penghargaan, baik penghargaan diri maupun penghargaan dari
orang lain. Sekali kebutuhan penghargaan dan pengakuan dapat dipenuhi secara
kuat, akan timbul pula kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Teori-teori
kebutuhan
Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah
mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang
didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas
beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung mambentuk perilaku
mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Teori motivasi kontemporer merupakan teori yang menggambarkan
kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan.
Teori kontemporer mencakup:
- Teori ERG Clayton Alderfer
- Teori kebutuhan McClelland
- Kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
- Kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
- Kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
- Teori evaluasi kognitif
Kelebihan
dan kekurangan teori-teori motivasi
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila
berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai
hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa:
- Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang.
- Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
- Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Dari uraian di atas,
Maslow’s Need Hierarchy Theory ini mempunyai kebaikan dan kelemahan, sebagai
berikut:
- Kebaikannya:
- Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
- Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (material dan nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan baginya.
- Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonomi lemah) cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial.
- Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.
- Kelemahannya:
Kendati pemikiran Maslow
tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah
memberikan pondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang
berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Keterlibatan
Bila motivasi menjelaskan dorongan internal yang terkait dengan kebutuhan seseorang, maka keterlibatan lebih didasarkan pada hubungan antara konsumen dengan sebuah kategori produk tertentu.
Bila motivasi menjelaskan dorongan internal yang terkait dengan kebutuhan seseorang, maka keterlibatan lebih didasarkan pada hubungan antara konsumen dengan sebuah kategori produk tertentu.
Keterlibatan (relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah
faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat
relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi.
Fokus keterlibatan
Menurut J. Paul Peter
dan Jerry C. Olson ( 2010 ), pemasar dituntut untuk bisa
memahami keterlibatan konsumen terhadap suatu
produk atau merek. Salah satu
tujuan pentingnya adalah pemasar dapat dengan jelas mengidentifikasi
fokus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan tepat apa yang
disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen: produk atau merek, objek,
perilaku, kejadian, situasi, lingkungan atau beberapa bahkan semua hal diatas.
Beberapa konsumen terlihat berniat dengan kegiatan yang
berkaitan dengan pemasaran seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian,
mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan penjual. Adalah penting bahwa
pemasar dengan jelas mengidentifikasikan focus keterlibatan konsumen. Pemasar
perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi
oleh konsumen : produk / merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan,
atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik
dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.
Dasar
arti-akhir bagi keterlibatan
Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperoleh dan
mengolah informasi dan kemungkinan jauh lebih besar dari pemecahan masalah yang
diperluas. Misalnya terhadap suatu produk, konsumen memiliki tingkat
keterlibatan tinggi maka perilakunya cenderung kuat.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keterlibatan
Faktor yang mempengaruhi keterlibatan konsumen yaitu
1. Jenis produk
yang menjadi pertimbangan
2. Karakteristik
komunikasi yang diterima konsumen
3. Karakteristik
situasi yang dimana konsumen beroperasi
4. Kepribadian
konsumen
• Relevansi – Pribadi Intrinsik Mengacu pada pengetahuan arti
akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan
arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka terhadap suatu produk. Pada
saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar bahwa cirri produk tertentu
memilikii konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai yang
penting.
• Relevansi Pribadi Situasional Ditentukan oleh aspek
lingkungan fisik dan social yang ada disekitar kita yang dengan segera
mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan merek
yang terlihat secara pribadi dan relevan.
Beberapa
faktor anteseden dari keterlibatan
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap
atau pemicu perilaku (Holland & Skiner, 1961 ; Bandura,1977 ; Miller,
1980). Adanya anteseden dapat memicu untuk terjadinya perilaku seseorang,
artinya dengan adanya sebuah peristiwa bisa menjadikan seseorang untuk
berperilaku.
Faktor anteseden tergantung dari permasalahan yang diteliti,
contohnya seperti faktor individu, faktor stimulan dan faktos situasi.
Bentuk
keterlibatan dan hasil
Besar kecilnya keterlibatan konsumen, mengelompokan
pengambilan keputusan, sebagai dua bentuk pengambilan keputusan:
1. Low involvement decision
2. High involvement decision
Implementasi keterlibatan konsumen:
- Complex decision making: konsumen melakukan pembelian setelah melalui tahapan pengambilan keputusan (timbul kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi brand dan memutuskan pembelian). Dalam pelaksanaan pembeliannya memerlukan keterlibatan tinggi (high involvement decision)
- Brand loyalty: konsumen melakukan pembelian berdasarkan suatu merek tertentu secara berulang-ulang dan memiliki keterlibatan tinggi dalam pembeliannya (high involvement decision)
- Limited decision making: konsumen melakukan pembelian dengan tahapan keputusan, namun kurang terlibat dalam pembeliannya (low involvement decision)
Mengukur
keterlibatan
Tingkat komitmen pada sebuah sikap berhubungan dengan
keterlibatan konsumen terhadap objek sikap. Konsumen lebih suka
mempertimbangkan merek yang menyebabkan sikap positif yang kuat. Tingkat-tingkat
keterlibatan konsumen :
1. Compliance, tingkat terendah keterlibatan
Pada tingkatan ini, sikap dibentuk konsumen atas dasar
keinginanny auntuk mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman dari pihak
lain. Sikap yang ada tidak dalam dan hanya bersifat permukaan saja, sehingga
ketika pihak lain yang mendorongnya bersikap seperti itu tidak ada, maka
sikapnya akan kembali seperti sikap yang sebenarnya. Contoh seorang anak akan
memilih permen seperti anjuran orang tuanya ketika berbelanja dengan orang
tuanya, tetapi ketika dengan teman-temannya ia kembali akan membeli permen
karet kesukaannya.
2. Identifikasi
Pada tingkatan ini, sikap dibentuk oleh konsumen atas dasar
keinginannya agar dapat menyesuaikan dengan orang lain atau kelompok. Pada
tingkatan ini sikap relatif cukup sulit untuk diubah. Contoh seorang remaja
membeli celana jeans merk Levi’s atas dasar keinginannya untuk mencontoh atau
meniru teman-temannya yang juga mengenakan celana jeans merek tersebut. Dia
berharap dengan memakai celana jeans merek tersebut akan diterima oleh
teman-temannya.
3. Internalisasi , tingkat tertinggi keterlibatan
Keterlibatan tinggi karena sikap yang dibentuk telah
diinternalisasi dan dianggap sebagai bagian dari sistem nilai pribadinya.
Contoh seorang konsumen memiliki sikap positif terhadap makanan sereal , yang
didasarkan pada keyakinannya bahwa makanan yang sehat adalah yang mengandung
serat dan dia yakin bahwa sereal termasuk makanan yang banyak mengandung serat.
Sikap ini sulit diubah karena sudah masuk menjadi bagian dari sistem nilai dan
keyakinan individu.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi
http://satriopandutomo.blogspot.com/2010/11/blog-post_17.html
http://dodicool.blogspot.com/2007/12/pengaruh-tipe-keterlibatan-konsumen.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/12/bab-9-“-keterlibatan-dan-motivasi-“/
http://lukivikydesha.blogspot.com/2010/11/tugas-8-psi-konsumen-keterlibatan-dan.html
http://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
http://abdurrahmanbinsaid.wordpress.com/2008/10/09/teori-motivasi/
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2HTML/2011100496mn2/page5.html
http://matakuliahana.blogspot.com/2013/04/asas-asas-manajemen-motivasi.html
Mukhyi, M. Abdul. "Konsep Motivasi Dasar dan
Aplikasinya." Dalam Materi kuliah Perilaku Organisasi. Jakarta.
http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/teori-teori-motivasi.html
http://uyungs.wordpress.com/2008/12/06/keterlibatan-konsumen-involvement/
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2HTML/2011100500mn2/page27.html
http://dentalsemarang.wordpress.com/theori-perilaku-kesehatan/
http://id.scribd.com/doc/66694286/128/KETERLIBATAN-KONSUMEN
http://mialestarisholihat.wordpress.com/2011/07/04/faktor-sikap-terhadap-perilaku-konsumen/
Komentar
Posting Komentar