BAB 4 MOTIVASI DAN KETERLIBATAN

MOTIVASI DAN KETERLIBATAN


Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi adalah proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha mencapai sasarannya. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu yang menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu.

Menurut Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan.

Sedangkan Schiffman dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang diakibatkan oleh sudah atau tidak terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan.

Dinamika motivasi konsumen
Kebutuhan yang dirasakan dapat diaktifkan dengan cara-cara yang berbeda, yang salah satunya sepenuhnya bersifat fisiologis, rasa haus atau lapar merupakan contohnya. Manusia juga memiliki kapasitas untuk berfikir tentang orang atau objek yang tidak hadir dalam waktu dekat atau membayangkan konsekuensi yang diinginkan dari tindakan tertentu (Engel, 1995). Proses berfikir ini sendiri dapat menggairahkan. Sebagai contoh, kita semua kadang dapat merasakan lapar hanya dengan berfikir tentang makanan kegemaran. Akhirnya, kegairahan dapat dicetuskan oleh informasi dari luar.

Kebutuhan yang diaktifkan akhirnya menjadi diekspresikan dalam perilaku dan pembelian dan konsumsi dalam bentuk dua jenis manfaat yang diharapkan, yaitu manfaat utilitarian, dan manfaat hedonik / pengalaman(Hirschman & Holbrook, 1982)
  • Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif.
  • Manfaat hedonik, sebaliknya, mencakupi respons emosional, kesenangan panca indera, mimpi, dan pertimbangan estetis.

Kriteria yang digunakan sewaktu mempertimbangkan manfaat hedonik bersifat subjektif dan simbolik, berpusat pada pengertian akan produk atau jasa demi pengertian itu sendiri terlepas dari pertimbangan yang lebih objektif. Kedua manfaat menjadi diekspresikan sebagai kriteria evaluatif yang digunakan di dalam proses pertimbangan dan penyeleksian alternatif terbaik.

Tujuan motivasi konsumen
  1. Meningkatkan kepuasan
  2. Mempertahankan loyalitas
  3. Efisiensi
  4. Efektivitas
  5. Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.

Asas motivasi
Motivasi konsumen haruslah dapat meningkatkan produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan atas lima asas :
• Asas Mengikutsertakan • Asas komunikasi • Asas pengakuan • Asas wewenang yang didelegasikan • Asas perhatian timbal balik

Kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen
Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.

Dengan demikian, jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai obyek tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk/merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.

Klasifikasi motif
Ada banyak sekali klasifikasi motif, sesuai dengan sesuatu yang mendasarinya. Klasifikasi yang dikenal diantaranya :
1. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif Primer sangat bergantung pada keadaan fisio-kemis dalam tubuh organic seseorang, sedangkan Motif Sekunder adalah semua motif yang tidak berlangsung dalam tubuh manusia.
2. Motif Instrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif Instrinsik adalah motif yang timbul dari dalam dan Motif Ekstrinsik ditimbulkan dari luar.
3. Motif Tunggal dan Motif Bergabung
Motif Tunggal dan Motif Bergabung adalah klasifikasi motif berdasarkan banyaknya.
4. Motif Mendekat dan Motif Menjauh
Motif Mendekat dan Motif Menjauh adalah klasifikasi motif berdasarkan pada reaksi organisme terhadap rangsangan yang dating.
5. Motif Sadar dan Motif Tak Sadar
Motif Sadar dan Motif Tak Sadar didasarkan pada taraf kesadaran manusia pada motif yang melatarbelakangi tingkah lakunya.
6. Motif Biogenetis, Sosiogenetis dan Teogenetis
Didasarkan pada asalnya, Motif Biogenetis adalah motif yang berasal dari kebutuhan organisme. Motif Sosiogenetis adalah motif yang dipelajari dan berasal dari lingkungannya. Dan Motif Teogenetis adalah yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan.

Metode dan bentuk pemberian motivasi
Metode atau cara yang digunakan perusahaan dalam pemberian motivasi terdiri atas:

A.  Metode langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil atau non materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap konsumen untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Hal ini sifatnya kusus, seperti bonus, tunjangan, penghargaan terhadap pelanggan dan lain-lain.

B.  Metode tidak langsung (Indirect Motivation)
Metode tidak langsung adalah motivasi yang diberikan  hanya merupakan fasilitas-fasilitas  yang mendukung serta menunjang gairah konsumen untuk melakukan pembelian. Seperti pelayanan yang memuaskan, kualitas barang ditingkatkan dan lain sebaggainya. Sedangkan bentuk motivasi yang diberikan oleh perusahaan dapat dalam bentuk insentif positif maupun insentif negatif:
     1.  Motivasi positif (insentif positif)
Di dalam motivasi positif produsen tidak saja memberikan dalam bentuk sejumlah uang tapi bisa juga memotivasi (merangsang konsumen) dengan memberikan diskon, hadiah, pelayanan yang optimum yang ditunjukan pada diferensiasi dari positioning yang dilakukan kepada mereka yang melakukan pembelian dan yang akan melakukan pembelian.
     2.  Motivasi negative (insentif negative)
Di dalam motivasi negatif produsen memotivasi konsumen dengan standar pembelian, maka merekan akan mendapatkan ganjaran. Dengan motivasi negatif ini semangat konsumen dalam jangka waktu pendek akan meningkat untuk melaksanakan pembelian karena mereka mempunyai kepentingan terhadap kebutuhan tersebut.

Hierarki kebutuhan maslow


1) Kebutuhan Fisik (plysical needs)
Berdasarkan hirarki kebutuhan dari maslow, kebutuhan paling dasar dari manusia yang akan memotivasi mereka untuk bekerja adalah kebutuhan fisik. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan akan makanan, kebutuhan seksual, dan kebutuhan biologis lainnya. Dalam sebuah perusahaan, kebutuhan ini akan terpenuhi mana kala tenaga kerja atau individu mendapatkan upah minuman yang mereka kehendaki, lingkungan pekerjaan yang nyaman, dan lokasi yang bersih dari polusi.
Kebutuhan Biologis ini mempunyai beberapa ciri :
  • Kebutuhan-kebutuhan tersebut satu sama lain tidak begitu tergantung, walaupun sama-sama terdapat dan berasal dari tubuh
  • Tempat kebutuhan itu tertentu dalam tubuh, misalnya: lapar ada diperut, haus ada dimulut, oksigen dipernafasan atau paru-paru
  • Cara memenuhinya berlangsung berkali-kali, misalnya: kita makan tiga kali sehari atau lebih, minum beberapa kali sehari
  • Dalam masyarakat atau lingkungan yang cukup makmur kebutuhan-kebutuhan fisiologis tidak dapat dipakai untuk merangsang.
2) Kebutuhan Keamanan (safety and security needs)
Setelah kebutuhan fisik terpenuhi, menurut Maslow, kebutuhan selanjutnya yang harus dipenuhi adalah kebutuhan akan keamanan. Kebutuhan akan keamanan bukan sekedar untuk merasa aman dari berbagai gangguan fisik maupun mental, akan tetapi juga perasaan aman akan ketidakpastian dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, diantara contoh akan kebutuhan ini adalah rencana pasca pensiun dari pekerjaan, tunjangan dihari tua, dan lain sebagainya.

3) Kebutuhan Sosial (social/belongingness needs)
Setelah kebutuhan fisik dan keamanan terpenuhi, kebutuhanselanjutnya yang akan memotivasi tenaga kerja adalah kebutuhan untuk berinteraksi dan diterima oleh lingkungan sosial. Perusahaan dapat memenuhi ini melalui penciptaan kondisi yang memungkinkan para tenaga kerja untuk berinteraksi satu sama lain dalam pekerjaannnya secara berlebihan fleksibel dan terbuka.

4) Kebutuhan Penghargaan (esteem needs)
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Maslow, kebutuhan penghargaan merupakan salah satu kebutuhan yang akan memotivasi tenaga kerja agar dapat bekerja dengan baik setelah kebutuhan akan fisik, keamanan dan sosial terpenuhi. Akebutuhan ini dapat berupa penghargaan dari lingkungan sekitar, dari atasan, maupun adanya kejelasan atas penghargaan bagi tenaga kerja yang berprestasi. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan ini dengan menerapkan system pemberian penghargaan yang jelas bagi setiap tenaga kerja, kemudian juga dapat dengan menciptakan budaya organisasi yang menghargai setiap upaya yang dilakukan oleh tenaga kerja.
Motif utama yang berhubungan dengan kebutuhan penghargaan dan rekognisi, yaitu sebagai berikut:
  • Prestise (prestige)
Prestise dilukiskan sebagai sekumpulan definisi yang tidak tertulis dari berbagai perbuatan yang diharapkan individu tampil dimuka orang lain, yaitu sampai berapa tinggi ia dihargai atau tidak dihargai, secara formal atau tidak formal dengan tulus hati.
  • Kekuasaan (power)
Kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar sesuai dengan maksudnya. Kekuasaan ini dapat timbul karena posisi maupun karena kekuasaan yang mempribadi (personal power). Seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain karena posisinya dalam organisasi dinamakan kekuasaan posisi. Adapun seseorang yang mengandalkan pengaruhnya dari kekuatan kepribadian dan perilakunya disebut kekuasaan mempribadi. Termasuk kebutuhan penghargaan dan rekognisi adalah kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.

5) Kebutuhan Aktualisas diri (selft actualization needs)
Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan untuk menempatkan diri individu dalam lingkungan dan untuk pengembangan karier yang jelas, pekerjaan yang menantang, dan lain-lain. Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan ini melalui pemberian promosi bagi tenaga kerja yang menunjukkan prestasi atau melalui pelibatan sesering mungkin pegawai dalam berbagai proyek atau kegiatan yang memiliki tantangan.
Maslow menekankan bahwa apabila kebutuhan fisiologis sudah dipenuhi  maka kebutuhan keselamatan/keamanan menjadi lebih dominan. Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keselamatan/keamanan terpenuhi dengan baik maka kebutuhan sosial/afiliasi akan mencul sebagai kebutuhan yang dominan, seseorang akan berjuang untuk mendapatkan hubungan yang sangat bermakna dengan yang lain. Kemudian mereka merasa membutuhkan penghargaan, baik penghargaan diri maupun penghargaan dari orang lain. Sekali kebutuhan penghargaan dan pengakuan dapat dipenuhi secara kuat, akan timbul pula kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Teori-teori kebutuhan
Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung mambentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Teori motivasi kontemporer merupakan teori yang menggambarkan kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan.

Teori kontemporer mencakup:
  • Teori ERG Clayton Alderfer
Hal yang mendasari sebuah motivasi terbagi dalma tiga kelompok, yaitu  Eksistensi, Relationship, dan Growth (ERG). Kelompok Eksistensi memperhatikan tentang kebutuhan dasar manusia, kebutuhan psikologis dan keamanan. Kelompok Relationship adalah hasrat yang kita miliki untuk memelihara hubungan antar pribadi yang menuntut terpenuhinya interaksi dengan orang lain (kebutuhan sosial). Dan kelompok pertumbuhan berarti hasrat intrinsik untuk perkembangan pribadi, yang mencakup penghargaan dan aktualisasi diri.
  • Teori kebutuhan McClelland
Teori ini dikembangkan oleh David McClelland dan teman-temannya. Teori kebutuhan ini berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut:
  1. Kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
  2. Kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
  3. Kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.

  • Teori evaluasi kognitif
Teori evaluasi kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan. Teori ini telah diteliti secara eksensif dan ada banyak studi yang mendukung.






Kelebihan dan kekurangan teori-teori motivasi
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa:
  • Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang.
  • Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
  • Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.

Dari uraian di atas, Maslow’s Need Hierarchy Theory ini mempunyai kebaikan dan kelemahan, sebagai berikut:
  • Kebaikannya:
  1. Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak (material dan nonmaterial) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.
  2. Manajer mengetahui bahwa seseorang berperilaku atau bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (material dan nonmaterial) yang akan memberikan kepuasaan baginya.
  3. Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonomi lemah) cenderung dimotivasi oleh material, sedang orang yang berkedudukan tinggi cenderung dimotivasi oleh nonmaterial.
  4. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.

  • Kelemahannya:
Menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau hierarkis, tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-lapar lagi-makan lagi dan seterusnya.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan pondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.

Keterlibatan
Bila motivasi menjelaskan dorongan internal yang terkait dengan kebutuhan seseorang, maka keterlibatan lebih didasarkan pada hubungan antara konsumen dengan sebuah kategori produk tertentu.

Keterlibatan (relevansi yang disadari atau kecocokan) adalah faktor penting dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian dan konsumsi.

Fokus keterlibatan
Menurut  J. Paul Peter dan Jerry  C. Olson  ( 2010 ), pemasar dituntut untuk bisa memahami keterlibatan konsumen terhadap suatu  produk atau merek. Salah satu  tujuan pentingnya adalah pemasar dapat dengan jelas mengidentifikasi fokus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan tepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen: produk atau merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan atau beberapa  bahkan semua hal diatas.

Beberapa konsumen terlihat berniat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran seperti mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan penjual. Adalah penting bahwa pemasar dengan jelas mengidentifikasikan focus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui dengan cepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen : produk / merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan, atau beberapa bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik dengan keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.

Dasar arti-akhir bagi keterlibatan
Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi dan kemungkinan jauh lebih besar dari pemecahan masalah yang diperluas. Misalnya terhadap suatu produk, konsumen memiliki tingkat keterlibatan tinggi maka perilakunya cenderung kuat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan
Faktor yang mempengaruhi keterlibatan konsumen yaitu
1.      Jenis produk yang menjadi pertimbangan
2.      Karakteristik komunikasi yang diterima konsumen
3.      Karakteristik situasi yang dimana konsumen beroperasi
4.      Kepribadian konsumen

• Relevansi – Pribadi Intrinsik Mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen belajar bahwa cirri produk tertentu memilikii konsekuensi yang dapat membantu mencapai tujuan dan nilai yang penting.
• Relevansi Pribadi Situasional Ditentukan oleh aspek lingkungan fisik dan social yang ada disekitar kita yang dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat produk dan merek yang terlihat secara pribadi dan relevan.

Beberapa faktor anteseden dari keterlibatan
Anteseden adalah peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu perilaku (Holland & Skiner, 1961 ; Bandura,1977 ; Miller, 1980). Adanya anteseden dapat memicu untuk terjadinya perilaku seseorang, artinya dengan adanya sebuah peristiwa bisa menjadikan seseorang untuk berperilaku.
Faktor anteseden tergantung dari permasalahan yang diteliti, contohnya seperti faktor individu, faktor stimulan dan faktos situasi.

Bentuk keterlibatan dan hasil
Besar kecilnya keterlibatan konsumen, mengelompokan pengambilan keputusan, sebagai dua bentuk pengambilan keputusan:
1. Low involvement decision
2. High involvement decision

Implementasi keterlibatan konsumen:
  • Complex decision making: konsumen melakukan pembelian setelah melalui tahapan pengambilan keputusan (timbul kebutuhan, mencari informasi, mengevaluasi brand dan memutuskan pembelian). Dalam pelaksanaan pembeliannya memerlukan keterlibatan tinggi (high involvement decision)
  • Brand loyalty: konsumen melakukan pembelian berdasarkan suatu merek tertentu secara berulang-ulang dan memiliki keterlibatan tinggi dalam pembeliannya (high involvement decision)
  • Limited decision making: konsumen melakukan pembelian dengan tahapan keputusan, namun kurang terlibat dalam pembeliannya (low involvement decision)


Mengukur keterlibatan
Tingkat komitmen pada sebuah sikap berhubungan dengan keterlibatan konsumen terhadap objek sikap. Konsumen lebih suka mempertimbangkan merek yang menyebabkan sikap positif yang kuat. Tingkat-tingkat keterlibatan konsumen :
1. Compliance, tingkat terendah keterlibatan
Pada tingkatan ini, sikap dibentuk konsumen atas dasar keinginanny auntuk mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman dari pihak lain. Sikap yang ada tidak dalam dan hanya bersifat permukaan saja, sehingga ketika pihak lain yang mendorongnya bersikap seperti itu tidak ada, maka sikapnya akan kembali seperti sikap yang sebenarnya. Contoh seorang anak akan memilih permen seperti anjuran orang tuanya ketika berbelanja dengan orang tuanya, tetapi ketika dengan teman-temannya ia kembali akan membeli permen karet kesukaannya.
2. Identifikasi
Pada tingkatan ini, sikap dibentuk oleh konsumen atas dasar keinginannya agar dapat menyesuaikan dengan orang lain atau kelompok. Pada tingkatan ini sikap relatif cukup sulit untuk diubah. Contoh seorang remaja membeli celana jeans merk Levi’s atas dasar keinginannya untuk mencontoh atau meniru teman-temannya yang juga mengenakan celana jeans merek tersebut. Dia berharap dengan memakai celana jeans merek tersebut akan diterima oleh teman-temannya.
3. Internalisasi , tingkat tertinggi keterlibatan
Keterlibatan tinggi karena sikap yang dibentuk telah diinternalisasi dan dianggap sebagai bagian dari sistem nilai pribadinya. Contoh seorang konsumen memiliki sikap positif terhadap makanan sereal , yang didasarkan pada keyakinannya bahwa makanan yang sehat adalah yang mengandung serat dan dia yakin bahwa sereal termasuk makanan yang banyak mengandung serat. Sikap ini sulit diubah karena sudah masuk menjadi bagian dari sistem nilai dan keyakinan individu.


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi
http://satriopandutomo.blogspot.com/2010/11/blog-post_17.html
http://dodicool.blogspot.com/2007/12/pengaruh-tipe-keterlibatan-konsumen.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/12/bab-9-“-keterlibatan-dan-motivasi-“/
http://lukivikydesha.blogspot.com/2010/11/tugas-8-psi-konsumen-keterlibatan-dan.html
http://delviadelvi.wordpress.com/2011/01/20/sikap-motivasi-dan-konsep-diri-terhadap-perilaku-konsumen/
http://abdurrahmanbinsaid.wordpress.com/2008/10/09/teori-motivasi/
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2HTML/2011100496mn2/page5.html
http://matakuliahana.blogspot.com/2013/04/asas-asas-manajemen-motivasi.html
Mukhyi, M. Abdul. "Konsep Motivasi Dasar dan Aplikasinya." Dalam Materi kuliah Perilaku Organisasi. Jakarta.
http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/teori-teori-motivasi.html
http://uyungs.wordpress.com/2008/12/06/keterlibatan-konsumen-involvement/
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2HTML/2011100500mn2/page27.html
http://dentalsemarang.wordpress.com/theori-perilaku-kesehatan/
http://id.scribd.com/doc/66694286/128/KETERLIBATAN-KONSUMEN
http://mialestarisholihat.wordpress.com/2011/07/04/faktor-sikap-terhadap-perilaku-konsumen/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH PROPOSAL KEGIATAN (REUNI SMA)

Adverbial Clauses

CONDITIONAL SENTENCES