MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki akal sehat, pikiran, dan perasaan (qolbu) . Manusia menggunakan akal sehat dan pikiran untuk menilai sesuatu hal, apakah hal itu sesuatu yang baik atau buruk. Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual (Jalaluddin, 2003: 14).
http://infoprintpack.com/wp-content/uploads/ 2011/08/crowd-of-people-1-300x187.jpg |
Manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam kelangsungan bumi ini, dan definisi manusia bisa dipandang dari berbagai segi, salah satunya menurut menurut ilmu kimia, manusia itu kumpulan dari partikel – partikel atom yang membentuk jaringan - jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan menurut ilmu sosial, manusia merupakan makhluk yang selalu ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, hal ini sering disebut homo economicus. Sedangkan menurut pandangan islam, manusia yaitu makhluk ciptaan Allah SWT yang paling terakhir diantara makhluk – makhluk ciptaan-Nya.
Hakikat manusia dan kedudukannya di alam semesta menurut pandangan islam ada berbagai hal, diantaranya yaitu :
1. Konsep Al-Basyr
Menurut konsep Al-Basyr manusia itu tidak jauh berbeda dengan
makhluk biologis lainnya. Quraish Shihab (1996: 279) menyatakan
bahwa manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas
dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain,
kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriah,
mempunyai bentuk tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan
yang sama yang ada di dunia ini. Dan oleh pertambahan usianya,
kondisi fisiknya akan menurun, menjadi tua, dan akhirnya ajalpun
menjemputnya (Abuddin Nata 1997: 31).
makhluk biologis lainnya. Quraish Shihab (1996: 279) menyatakan
bahwa manusia dinamai basyar karena kulitnya yang tampak jelas
dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang lain. Dengan kata lain,
kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek lahiriah,
mempunyai bentuk tubuh yang sama, makan dan minum dari bahan
yang sama yang ada di dunia ini. Dan oleh pertambahan usianya,
kondisi fisiknya akan menurun, menjadi tua, dan akhirnya ajalpun
menjemputnya (Abuddin Nata 1997: 31).
2. Konsep Al-Insan
Potensi manusia menurut konsep al-Insan diarahkan pada upaya
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin,
2003: 23). Itu berarti manusia itu bisa menciptakan suatu hal dari
pemikirannya, dengan begitu manusia bisa menjadikan dirinya
makhluk yang berbudaya dan beradab.
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin,
2003: 23). Itu berarti manusia itu bisa menciptakan suatu hal dari
pemikirannya, dengan begitu manusia bisa menjadikan dirinya
makhluk yang berbudaya dan beradab.
3. Konsep An-Nas
An-Nas itu artinya berkelompok. Maka dari itu manusia adalah
makhluk sosial, karena sebenarnya hidup di dunia ini kita tidak
bisa hidup sendiri.
makhluk sosial, karena sebenarnya hidup di dunia ini kita tidak
bisa hidup sendiri.
4. Konsep Bani Adam
Bani Adam itu berarti anak Adam atau keturunan Adam, digunakan
untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya
(Quraish Shihab, 1996: 278). Dengan demikian kita semua
sebenarnya satu keluarga sebagai keturunan Adam. Konsep ini
sebenarnya sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan)
tidak ada perbedaan sesamanya, yang juga mengacu pada nilai
penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta
mengedepankan HAM. Karena yang membedakan hanyalah
ketaqwaannya kepada Pencipta. Sebagaimana yang diutarakan
dalam QS. Al-Hujarat: 13).
untuk menyatakan manusia bila dilihat dari asal keturunannya
(Quraish Shihab, 1996: 278). Dengan demikian kita semua
sebenarnya satu keluarga sebagai keturunan Adam. Konsep ini
sebenarnya sebuah usaha pemersatu (persatuan dan kesatuan)
tidak ada perbedaan sesamanya, yang juga mengacu pada nilai
penghormatan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian serta
mengedepankan HAM. Karena yang membedakan hanyalah
ketaqwaannya kepada Pencipta. Sebagaimana yang diutarakan
dalam QS. Al-Hujarat: 13).
5. Konsep Abdun Allah
Abdun artinya yaitu hamba, hal ini dilihat dari posisi manusia
dimata Tuhan. Menurut M.Quraish Shihab (Jalaluddin, 2003: 29),
Ja’far al-Shadiq memandang ibadah sebagai pengabdian kepada
Allah baru dapat terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal,
diantaranya yaitu:
dimata Tuhan. Menurut M.Quraish Shihab (Jalaluddin, 2003: 29),
Ja’far al-Shadiq memandang ibadah sebagai pengabdian kepada
Allah baru dapat terwujud bila seseorang dapat memenuhi tiga hal,
diantaranya yaitu:
1. Menyadari bahwa yang dimiliki termasuk dirinya adalah milik Allah dan berada di bawah kekuasaan Allah.
2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitas selalu mengarah pada usaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
3. Dalam mengambil keputusan selalu mengaitkan dengan restu dan izin Allah.
http://3.bp.blogspot.com/_JbE98VdAnHw/ S_DDUKJcdrI/AAAAAAAAABU/ g46-oPnHuXs/s1600/ 20090313_091353_wayang.jpg |
Sedangkan kebudayaan yaitu hal yang sering dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan yang terus menerus dilakukan yang akhirnya menjadi suatu budaya. Kebudayaan terbentuk dari berbagai unsur, diantaranya sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Menurut beberapa ahli kebudayaan memaparkan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat (Edward B. Taylor). Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai (Ki Hajar Dewantara).
Prof. Dr. Koentjoroningrat menguraikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-de, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
1. Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-de, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dari penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa hubungan antara manusia dan kebudayaan bisa dibilang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya merupakan hal yang saling berkaitan. Secara sederhana manusia itu sebagai subyek dan kebudayaan itu sebagai obyek. Hubungan antara manusia dan kebudayaan pun bisa dibilang setara dengan hubungan antara manusia dan masyarakat, proses kesetaraan ini disebut dengan proses dialeksis. Proses ini tercipta melalui tiga tahap, yaitu :
1. Eksternalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Internalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
http://www.nti.com.au/Portals/0/NTI%20Images/ HR%20pages/Not_average_employer.JPG |
Sumber :
Nugraha Widyo, Mudji Achmad, Buku seri diktat kuliah MKDU ILMU BUDAYA DASAR, Universitas Gunadarma, Jakarta, 1994.
http://afand.abatasa.com/post/detail/6923/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli
http://www.masbied.com/2010/06/03/pengertian-dan-wujud-kebudayaan/
http://st-30.abatasa.com/post/detail/9767/manusia-dalam-perspektif-al-qur’an
Komentar
Posting Komentar