RINGKASAN NOVEL

Judul                          : Athena “Eureka!”
Penulis                       : Erlin Natawiria
Penerbit                     : Gagas Media
Jumlah halaman       : viii + 284
ISBN                           : 979-780-671-5
Tahun terbit               : 2013

IF MY VOICE COULD REACH BACK TO THE PAST
Jika suaraku dapat menjangkau kembali ke masa lalu.
Widha memandangi sebuah pick gitar yang tergeletak di atas paspornya. Baginya pick gitar ini bagaikan sebuah mesin waktu, seluruh kenangan dengan si pemilik memenuhi pikirannya. Dulu, ia berpikir sanggup melepaskan perasaan tanpa memutus komunikasi dengan sang mantan kekasih. Tanpa diduga, tindakannya malah menumbuhkan harapan tinggi untuk kembali.

Kendati komunikasinya kian kabur, dia terus mencari sinyal keberadaannya. Sampai satu tahun yang lalu, ia benar-benar kehilangan jejaknya. Sampai seorang gadis tanpa sengaja menuntunnya kembali pada jejak sang mantan. Dia mau saja berterima kasih, jika sang gadis bukan sosok yang menggantikan posisinya di hati sang mantan. Namanya Keira, dia adalah seorang penulis muda terkenal yang pada awalnya sangat dikagumi oleh Widha. Keira sempat mengucapkan nama itu, Wafi Raindra Dinesha.

Widha memutuskan untuk pergi ke Athena, meskipun dengan uang yang terbatas. Dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya ia berencana pergi selama dua minggu. Deno mengantarnya ke bandara, dia adalah teman dekat Widha. Ada banyak hal yang ingin dikatakan, tapi firasatnya juga mengatakan jika kepergian Widha ke Yunani akan membawa perubahan besar dalam hubungan mereka.

Ketika hendak keluar untuk mencari makanan, pintu yang dibuka oleh Nathan menghantam Widha. Nathan adalah seorang guru tetap Bahasa Indonesia di Perth yang berlibur ke Athena. Dia pernah tinggal di Indonesia, ibunya masih tinggal disana dan bekerja sebagai penyunting novel. Keduanya saling berkenalan dan sepakat menjadi rekan seperjalanan.

SOMETHING HAS GONE TERRIBLY WRONG
Sesuatu telah menjadi sangat kacau.
Saat ini Wafi berada di Athena, dia menjadi pengisi acara festival musik di sana. Di sana ia ditemani oleh Artemis, adik tiri dari Ares, dia adalah orang yang memberi kesempatannya untuk ikut festival tersebut. Sebelumnya, Wafi menerima sebuah e-mail yang dikirim oleh Widha. Ketika ia mengunjungi sebuah toko buku, ia bertemu dengan seorang gadis yang tampak familier baginya. Ia tahu bahwa Widha akan pergi ke Yunani, namun gadis itu pergi ketika melihat dirinya.

NOW I KNOW THAT I WAS WRONG, “CAUSE I MISSED YOU”
Sekarang aku tahu bahwa aku telah salah, karena aku merindukanmu.
Hingga akhirnya mereka bertemu di sebuah toko roti, Wafi berhasil menarik tangan gadis itu. Ia sangat yakin dia adalah Widha, tapi gadis itu kembali menghindar dan pergi. Sampai sebuah pesan singkat menjawab semuanya, pesan itu dikirim oleh Widha.

LET’S TAKE A CHANCE ON YOU AND ME
Ayo ambil kesempatan antara kau dan aku.
Widha dan Nathan berencana untuk pergi menyusuri Agora. Sampai di sana, Widha menjelaskan dengan rinci setiap tempat yang mereka singgahi. Sampai mereka tiba di Perpustakaan Hadriah, di sana terdapat lantai mozaik dengan motif hati warna biru dengan sisi hitam, ada satu garis penghubung yang berhenti di tempat Widha berpijak, dia menelengkan kepalanya. Serta merta senyum Nathan berubah menjadi cengiran begitu mengetahui motif yang diinjak gadis tersebut, hati merah terbalik.

Nathan belum pernah selelah, juga sepuas hari ini. Setibanya di penginapan, ia mengantar Widha sampai depan pintu kamarnya. Mereka berjanji untuk melanjutkan perjalanan lusa mendatang. Ada keheningan ganjil yang mengisi kebisuan mereka sekarang. Keduanya melambaikan tangan sebelum pintu tertutup. Kepala Nathan tertunduk, kembali teringat dengan lantai mozaik dengan motif hati di Perpustakaan Hadrian tadi.

THE PAST IS ONLY THE FUTURE WITH THE LIGHTS ON
Masa lalu hanyalah masa depan dengan lampu yang menyala.
Akhirnya Widha sepakat untuk bertemu dengan Wafi yang dianggap sebagai hantu masa lalunya. Dengan berbagai pikiran menghampirinya, dia harus bisa menarik dirinya dari kubangan masa lalu untuk menghadapi Wafi masa depan. Pertemuan itu berakhir kurang baik.

Ia mengirim pesan, mengingatkan Nathan rencana perjalanan besok. Tapi, ternyata Nathan demam dan bergegas pergi ke kamarnya. Semalaman Widha merawat Nathan dengan telaten diselingi dengan kegiatan tambahan, melamun. Nathan menyadarinya, ia menanyakan permasalahan yang terjadi tapi Widha mengelaknya. Menjelang tidur tiba-tiba Widha mulai cerita mengenai hantu yang selalu bergentayang di pikirannya. Tanpa diduga, Nathan menempelkan keningnya pada pelipis Widha dan berbisik, “The past is only the future with the lights on....”

WHERE DID I GO WRONG, I LOST A FRIEND
Dimana aku melakukan kesalahan, aku kehilangan teman.
Kesokan harinya, Widha memberikan kebebasan Nathan memilih tujuan berikutnya. Sesuai pilihan Nathan mereka akan pergi ke Syntagma, salah satu sisi modern dari kota Athena. Sampai di tujuan mereka menikmati keindahan taman dan sempat menyaksikan pergantian shift dari evzone, penjaga istana Athena. Di sana, giliran Nathan yang bercerita tentang kebosanannya dengan kegiatan yang hampir sama selama mengisi summer vacation setiap tahun.

Selesai belanja dan sampai di penginapan, kegiatan dilanjutkan dengan mengolah kentang. Ditengah kegiatan, Nathan mengatakan bahwa ia merasa familier dengan Widha. Namun, ia merasa tidak yakin dengan hal itu, mungkin hanya sebuah deja vu. Sampai saat ini, Widha sudah cerita banyak kepada Nathan. Mulai dari alasan kedatangannya ke Athena, kisah kedua kakaknya yang sudah meninggal, hingga kisah kegelisahannya dengan hantu masa lalunya. Sedangkan, Nathan tidak cerita banyak. Banyak hal yang dia sembunyikan, sampai akhirnya suatu insiden terjadi lagi. Ketika Widha hendak melemparkan dompet Nathan yang diambilnya masuk ke dalam panik yang berisikan rebusan kentang. Kejadian itu membuat hubungan keduanya menjadi dingin.

WHEN YOU COME AROUND, I GET PARALYZED
Ketika kau berada disekitar, aku menjadi lumpuh.
Perjalanan selanjutnya menuju Plaka cukup berbeda,  tidak seperti sebelumnya yang penuh keakraban, kini mereka hanyalah partner seperjalanan. Tidak sampai lima belas menit, mereka pun tiba di Plaka dan langsung disambut bangunan-bangunan bergaya neoklasik. Ketika menjelaskan tempat itu dengan tidak konsentrasi, tiba-tiba ada seorang bocah lelaki menarik lengan dan bersembunyi di balik punggung Widha. Sekelompok orang berlari menghampiri mereka, Tanpa diduga, bocah tadi memaksanya untuk berlari. Partner-nya menyusul di belakang demi memperlambat laju dari kelompok tersebut. Bocah itu menyeretnya cukup jauh hingga ke bagian Plaka yang lebih terpencil dan masuk ke sebuah gang sempit yang gelap dan... buntu. Ternyata bocah itu telah mencuri sebuah roti, setelah diminta dengan ancaman lalu dilemparkannya ke Nathan. Setelah menyembunyikan bocah itu, mereka menghadapi kelompok orang tadi dan mengatakan bahwa bocah itu kabur. Setelah Nathan membayar roti tadi, kelompok itu kembali.

Situasi telah aman, bocah itu bernama Demetrius, partnernya lalu memberikan roti yang dibeli tadi. Bocah itu mengajak mereka berkunjung ke rumah untuk bertemu ibunya. Setelah menempuh perjalanan berliku, mereka bertiga akhirnya sampai. Demetrius menjelaskan apa yang terjadi sambil menyerahkan roti dalam genggamannya dan memperkenalkan diri. Nama ibunya adalah Freya Demetrius dan bocah tadi ternyata bernama Regas. Mereka pun mengenalkan diri dengan nama belakang sesuai perintah Widha, nama belakang Nathan adalah Strauss.

Saat Widha pergi ke dapur dengan Freya, Nathan memberi Regas sejumlah uang yang pada awalnya ditolak. Ia menjelaskan bahwa kondisi Regas yang ditinggalkan oleh Ayahnya membuat Nathan teringat dengan masa lalu dan merasa simpati. Widha mendengarnya, sekarang ia mengerti alasan partnernya enggan bercerita banyak tentang keluarga. Saat perjalanan pulang, keadaan tetap sama, mereka masih duduk terpisah di dalam bus. Kemudian, tiba-tiba sang partner duduk di sampingnya dan mereka saling ngobrol mengenai sejarah nama Athena sampai tiba di penginapan.

I CAN’T KEEP FEELING LOVE LIKE THIS, IT’S NOT WORTH TEMPORARY BLISS
Aku tidak dapat menjaga perasaan cinta seperti ini, ini tidak layak menjadi kebahagiaan sementara
Wafi tak sengaja bertemu dengan Widha di sebuah restoran dan menghampirinya. Saat mereka mulai kembali membahas keadaan hubungan mereka, situasi menjadi tegang. Wafi merasa bersalah karena telah memutuskan hubungan mereka secara sepihak dan rasanya semakin mejauh. Mendengar ungkapannya, Widha terlihat emosi. Kemudian, mengeluarkan pick gitar biru dari dompetnya. Dengan emosi Widha mengungkapkan perasaannya selama menunggu  Wafi, sampai dia menemukannya tetapi…. Akhirnya Wafi mengakui bahwa dirinya sudah memiliki kekasih sejak setahun yang lalu. Widha mengembalikan pick gitar biru tadi dan memintanya pergi, rasa penasarannya sudah terbayar. Wafi pun pergi, ia kembali menoleh, rasanya ada yang disembunyikan Widha.

Nathan merasa khawatir dan menunggu kepulangan Widha, entah mengapa ia selalu kepikiran sosoknya. Ketika membuat sebuah burung kertas untuk mengalihkan perhatiannya, tiba-tiba deja vu yang sering dialami saat melihat Widha kembali muncul dan semakin kuat. Beberapa detik kemudian, ia berhasil mengingatnya. Tepat saat langkah kaki yang terburu-buru milik Widha tertangkap oleh telinganya. Ketika Widha hendak masuk, segera Nathan menahan pundaknya. Nathan tercengang begitu melihat air matanya kembali meleleh. Nathan menjelaskan bahwa ia sedang menunggu dirinya untuk menanyakan rencana perjalan besok. Hingga akhirnya menarik Nathan mendekat, dan kepala gadis itu perlahan bersandar dipundaknya. Setelah dua menit yang panjang, tangis Widha mereda. Ia melepas cengkeraman dan menegakkan kembali kepalanya. Dengan mata sembap, ia memandangi Nathan dan mengucapkan terima kasih. Ketika Nathan hendak kembali ke kamar, ia memanggilnya dan mengatakan bahwa besok mereka akan pergi ke Rafina.

WHY CAN’T WE BE OURSELVES LIKE WE WERE YESTERDAY?
Kenapa kita tidak dapat menjadi diri kita sendiri sepeti kita yang kemarin?
Sejak terjaga pukul lima pagi dan kesulitan untuk tertidur lagi, ia malah larut dalam beberapa permainan sampai pukul delapan pagi. Widha malah jatuh terlelap hingga deringan keras dari ponsel membangunkannya. Ia baru menyadari bahwa perjalanan menuju Rafina cukup panjang dan sekarang ia telat. Selama menunggu, Nathan memilih untuk duduk di kursi lobi sambil membaca novel yang berjudul Pente. Lima menit kedatangan bus, Nathan pergi ke toilet dan meninggalkan novel tergeletak di sampingnya. Dibukanya dua halaman pertama, matanya terbelalak. Penyunting novel itu adalah Anne Fey Strauss, ketika melihat bagian ucapan terima kasih ia berhenti di satu paragraf yang bertuliskan “Untuk teman masa kecilku yang telah hadir kembali,…”

Tiba-tiba Nathan datang dan menyambar novel itu, lalu menjejalkannya ke ransel. Sewaktu Widha hendak menjelaskan yang terjadi, bus telah datang. Kursi penumpang terisi penuh, tak ada pilihan lain tinggal deretan kursi belakang yang masih kosong. Perang dingin kembali berlangsung selama perjalanan. Sampai saat satu sentakan membuat Widha terkesiap, Nathan menarik earphone kanannya dengan kening berkedut, mereka sampai di halte berikutnya.

Pukul setengah dua, Nathan dan Widha kembali menyusuri wilayah kota Rafina yang padat kini lebih lengang, selama perjalanan Widha menjelaskan sejarah kota ini. Bermodalkan kompas dan petunjuk dari beberapa orang yang mereka temui, mereka berjalan jauh dari kota. Sampai di area hutan, terdengar suara burung Lesser grey shrike. Tanpa menciptakan suara, Nathan segera membidiknya. Ekor mata Widha melirik pria di sampingnya, begitu mengamati pundak Nathan yang kokoh, pipinya memanas. Harus ada alasan kuat mengapa ia betah menyandarkan kepalanya di sana.

Jalanan menuju kapel berubah menjadi lapisan semen. Tanpa diduga, keduanya disambut kumpulan manusia yang memenuhi halaman kapel, mereka berada di tengah pesta pernikahan. Mereka ikut larut dalam keriaan sepasang pengantin baru. Rasa bertumbuh seiring kaki-kaki mereka melangkah, dan binar tepercik ketika keduanya saling berpandangan. Mereka berhasil menemukan gundukan batu yang dijadikan tempat duduk menghadap Laut Aegera. Sambil duduk, mereka menghabiskan bekal mi instan yang dibawa Nathan yang dilanjutkan dengan perjalanan pulang. Nathan tanpa sungkan membimbing Widha agar tidak terpeleset dan tercebur ke laut. Sesampainya di area hutan yang minimnya pencahayaan Nathan merangkul bahu Widha dan berkata ia tidak akan melepaskannya sampai tiba di halte bus. Entah lupa atau sengaja, lengan Nathan yang merangkul bahu Widha belum juga lepas sampai mereka duduk di dalam bus.

Widha hampir kehabisan napas ketika Nathan beberapa kali menempelkan bibirnya di puncak kepala. Bahkan, ingatannya tadi pagi tentang hubungan Nathan dan Keira kini terasa seperti khayalan semata. Sesekali, sengaja membayangkan Wafi, tapi.... Setelah mengucapkan terima kasih, ia teringat dengan insiden di dapur dan meminta maaf. Nathan terkekeh dan meminta jangan membahas hal itu lagi, ia sudah memaafkannya. Rasa kantuk yang menyerangnya tak dapat di tahan, hal terakhir yang diingat adalah saat Nathan menarik kepalanya bersandar dalam dekapannya.

BUT I HAVE LOVED YOU FROM THE START
Tapi aku mencintaimu dari awal
Ketika duduk di sebuah kedai, sebuah bus berhenti di seberang jalan dan menurunkan dua penumpang yang membuat sekujur tubuhnya menegang. Sang gadis adalah Widha, sedangkan satu lagi adalah laki-laki. Mereka berdiri di depan sebuah penginapan. Karena Wafi mengawasi mereka dari kerumunan, pandangannya menjadi terbatas. Setelah tahu tempat Widha menginap, sebuah ide menghampirinya. Dengan impulsif ia mengambil kesempatan dan menyewa sebuah kamar yang terletak satu lantai di bawah kamar Widha. Sampai di kamar, ia mengabari Artemis yang menanggapi idenya adalah hal yang gila, berencana untuk menyiapkan kejutan ulang tahun.

Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Wafi mengenyahkan semua keraguan, lalu mengetuk pintu di hadapannya. Setelah lima menit berlalu, akhirnya pintu di buka dan muncul Widha dari balik pintu. Mata mereka bertemu. Hening menyergap, hingga Wafi ingat kembali tujuannya, ucapan selamat pun di ucapkan. Tidak ada respon, sampai Wafi menunjukkan bahwa hari ini tanggal 11 September. Wafi ingat, Widha sebenarnya rikuh  jika orang-orang mengingat tanggal lahirnya. Wafi menyanyikan lagu Seconhand Serenade yang menjadi lagu yang kesukaan Widha dan belum sempat dibawakan. Widha khawatir dengan penghuni kamar lain merasa terganggu, dengan cepat ia menahan tangan Wafi. Mereka kembali terlibat dalam debat mengenai hubungan mereka, dan akhirnya Widha berjanji akan menceritakan semuanya nanti. Tanpa membuang waktu, segera Wafi memberikan hadiah ulang tahun untuknya. Sebelum pergi ia meninggalkan kutipan lirik yang belum tersampaikan dalam bisikan
 “I might have failed, but I have loved you from the start....”
Wafi sadar bahwa tindakannya terlampau jauh, ini sudah masuk zona bahaya.

Melalui pesan singkat Widha mengajak Nathan pergi ke Akropolis tanggal 13 nanti sekalian nonton festival musik. Nathan mengunyah mi ketika pintu kamarnya diketuk. Ternyata Widha yang berada di balik pintu dengan kondisi yang cukup kacau. Mustahil gadis itu menangis hanya karena ingin menyantap mi instan. Sambil menyeka air mata gadis itu, Nathan bertanya apa ynag terjadi dan gadis itu menjawab bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya. Nathan heran dengan kondisinya saat ini, Widha tidak menggubris ucapannya, malah menyantap sarapannya; masih sambil menangis.

Selesai makan, ia melanjutkan tangisnya hingga tisu di dalam kotak habis. Nathan dengan sabar memunguti ceceran tisu, setelah merasa lebih baik Widha meminta maaf telah membuat tempatnya berantakan dan berterima kasih dengan sarapannya. Setelah ditanya, akhirnya dia bercerita bahwa ia benci hari ulang tahunnya, karena Adi meninggal di tanggal yang sama. Sampai alasan membuatnya menangis sejak tengah malam, karena ia berada di Yunani untuk mewakili Adi-Ari juga mantannya yang tadi malam datang memberinya kejutan. Widha juga menerangkan apa yang ada dalam perasaan serta pikirannya bahwa dirinya gagal membunuh hantu dari masa lalunya itu. Ia mengungkapkan semuanya tentang masa lalu dan yang melatarbelakangi perasaannya kini dalam diskusi panjang dengan Nathan.

Nathan menyerahkan burung kertas berwarna jingga, ia ingat pernah bertemu dengan Widha di sebuah talkshow seorang penulis beberapa bulan lalu ketika dia bertanya dan menarik perhatiannya. Nathan menjelaskan bahwa Keira adalah teman masa kecilnya saat tinggal di Indonesia. Tetapi, Widha bersikap aneh, lalu berkata bahwa Keira mempertemukannya dengan mantan pacarnya yang menjadi pacar Keira sekarang.
Detik-detik berikutnya terasa bergulir cepat bagi Nathan. Widha beranjak dari sofa hendak kembali ke kamarnya dan melepas paksa peta miliknya. Nathan berusaha menarik kesimpulan, ia meyakinkan diri dengan bertanya lagi pada Widha bahwa Wafi adalah mantannya yang menjadi alasannya sedari tadi menangis. Ia mengenal lelaki itu, raut wajahnya menunjukkan jelas tidak menyukainya dan Widha jelas tahu perasaannya.

YOU MAKE BREAKING HEARTS LOOK SO EASY
Kau membuat patah hati terlihat mudah
Widha pergi menuju apartemen Wafi, mereka membicarakan tentang yang sudah terjadi selama berada di Athena. Sampai Wafi menyinggung masalah keberadaan Widha yang tidak sendirian bertualang. Widha memancing Wafi untuk menjelaskan alasannnya dulu menghilang, menceritakan hubungannya dengan Keira, juga Nathan. Mendengar nama Nathan, ekspresi Wafi berubah menjadi dingin. Kemudian, dia menjelaskan hubungan diantara dia, Keira dan Nathan yang terlibat cinta segitiga. Wafi sangat tidak menyukai Nathan yang dianggapnya sebagai musuh dalam memperebutkan hati Keira. Setelah mendengar semuanya, Widha pergi meninggalkan Wafi begitu saja setelah menyadari posisinya saat ini.

JUST SAY THAT YOU WANT TO SEE ME TOO
Katakanlah bahwa kau ingin melihatku juga
Nathan memutuskan untuk ke Monastiraki untuk menghilang kepenatan karena teringat Widha. Selama perjalanan ia masih mengingatnya, dia belum pernah merasa begitu kesepian seperti ini. Ketika mengamati satu per satu foto hasil bidikannya saat bertualang dengan Widha, ia teringat untuk membelikannnya hadiah. Setelah menghabiskan makan malam, Nathan mengunjungi sebuah toko suvenir untuk mencari kotak. Setelah menemukan kotak yang cocok ia memutuskan untuk pulang. Kemudian, tanpa sengaja, sikunya menyenggol seseorang hingga terjatuh. Ketegangan muncul begitu tatapan mereka beradu, dia adalah Wafi. Khawatir akan adanya keributan, mereka memutuskan untuk bicara di ujung gang. Nathan membuka pertanyaan, yang dilanjutkan dengan percakapan yang tegang mengenai Keira dan Widha.

Widha memandangi peta Yunani miliknya yang terbentang di lantai, mencerminkan bagaimana kondisi hatinya sekarang dengan baik. Hingga akhirnya ia menghubungi Deno untuk curhat mengenai Nathan, Wafi dan Keira. Widha sempat emosi ketika cerita hubungan Keira dan Wafi saat ini yang membuat Deno terkejut. Setelah jeda sesaat, Deno bertanya tujuannya bertemu Wafi. Perlahan, ia menjelaskan tujuan awalnya bertemu Wafi dan dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai Nathan. Sampai akhirnya ia mengaku nyaman ngobrol dengan Nathan, tiba-tiba Deno bilang bahwa ia jatuh cinta. Tapi ia tidak mengakuinya, sampai ke pertanyaan terakhir tentang perasaannya selama beberapa kali jalan dengan Nathan, tetap ia menyangkalnya. Deno menjelaskan kalau Widha yang belum mau mengganti posisi Wafi dihatinya.  Saat pembicaraan selesai, Deno merasa ini adalah momen baginya untuk berhenti mengejar Widha.

Hari ini adalah tanggal 12 September, Widha sudah berjanji untuk pergi ke festival musik di Epidaurus besok atas undangan Wafi. Tidak seperti biasanya dia memikirkan masalah dengan siapa akan pergi. Dia berharap ada seseorang yang tiba-tiba saja merenggut earphone-nya...

Saat ini ia berdiri di tepi jalan, beberapa meter dari halte yang mengantarnya ke tempat-tempat wisata. Ketika memusatkan tatapan ke depan, ada Nathan berdiri disana. Cepat-cepat, Widha mencoba pergi menjauh dengan telinganya disumpal earphone ia tidak sadar jika seseorang mengikutinya. Tepat saat lampu pejalan kaki berubah menjadi merah, ia merasakan ada yang menyentuh sikunya dan sosok itu melepas salah satu earphone-nya. Orang itu adalah Nathan, dia berusaha menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

“Jangan salah paham. Aku pernah mencintai Keira. That kind of one sided love, kita berjuang di tahun yang  sama, kamu tahu? You lost him, you chose to move. I lost her, I chose to move.

Aku juga percaya, sebuah pertemuan mungkin menjadi gerbang ke pertemuan berikutnya. Pasti ada alasan kenapa kita baru saling mengenal sekarang, bukan di talkshow itu. Jika kita berkenalan lebih cepat, mungkin kita tidak akan pernah punya alasan untuk melarikan diri ke sini. Membentuk sebuah cerita baru.”

Widha masih bergeming di tempat saat cengkeraman terlepas. Begitu tanda pejalan kaki berubah menjadi hijau, tanpa pikir panjang ia berlari ke sebrang dan meninggalkan Nathan yang diam bergeming di tempat menatap lurus ke arahnya.

WHAT IF IT WAS YOU?
Apa jika itu adalah kamu?
AKROPOLIS. Nathan mencari informasi mengenai tempat itu, tanggal 13 September seharusnya menjadi puncak dari rangkaian trip bersama Widha. Seketika pikirannya melayang memikirkan apa yang telah dikatakan Wafi sampai Widha berubah terhadapnya. Nathan mengambil sebuah kotak, ia berpikir untuk memberikan kado itu sekarang. Banyak pikiran menyerang kemungkinan yang akan terjadi saat Widha menemukan hadiahnya. Begitu gerendel pintu berputar, Nathan melesat pergi ke arah tangga.

Ia berjalan-jalan sampai tiba di Amfiteater, selama perjalanannya ia tetap mengkhawatirkan gadis itu. Ditambah lagi dalam suhu ekstrem seperti ini, dimana dia saja sudah merasa letih. Tiba di Propylaea, ia tercengang mengamati kemegahan Parthenon. Ia berdiri di salah satu sisi Parthenon, mengamati satu per satu turis berharap jika salah satunya adalah Widha, berharap sang gadis membaca pesannya.

WE’VE GOT A LOT TO LEARN, GOD KNOWS WE’RE WORTH IT
Kita mempunyai banyak pelajaran, Tuhan tahu kita layak
Widha bersandar pada sebuah pilar di kuil Athena Nike. Berusaha menenangkan diri karena masih tidak percaya jika akhirnya berada di Akropolis. Menyerah, ia duduk di atas tangga, meneguk sebotol air, dan mengingat yang menghambat kepergiannya tadi siang. Kotak misterius di depan pintu. Meski belum dibuka, ia berasumsi jika kotak itu berasal dari Nathan. Terlepas dari adu argumennya dengan Wafi, ia tetap ingin menyaksikan festival tersebut. Widha mengitari Parthenon dengan kekaguman yang tidak dapat dibendung. Walaupun tidak bisa mengelak rasa kehilangan dari sosok Nathan. Kemudian, ia mengunjungi kuil terkenal lain yang menjadi favorit Adi, Erechtheum. Mengamati detail dari caryatid yang menyangga kuil keramat untuk dua dewa Olympus.

“Jadi, apa ibu kota Yunani?”

“’Poseidon!’”

Senyum samar tersungging di wajahnya. Klik!

Sadar ada yang baru memotretnya, mata Widha mengedarkan pandangan ke berbagai penjuru sampai menangkap sosok seorang pria. Pandangan mereka bertemu, sebuah kekuatan mendorong Widha menghampiri Nathan. Keduanya bergeming selama beberapa detik, hingga Widha berhasil menemukan topik pembicaraan yang bagus, Kotak. Nathan menanggapinya dengan tenang dan menjelaskan sejarah nama belakangnya sampai kekalahannya dalam melindungi Keira. Kemudian, ia mulai beranjak pergi, langkahnya terhenti karena Widha berhasil menangkap tangannya. Namun, Nathan tetap memilih untuk memunggungi gadis itu.

Dengan menjaga suaranya agar tidak pecah, Widha mengakui selama ini telah salah menilai Nathan dan mengakui bahwa dia adalah pendengar yang baik, andai saja dia membagi cerita ini dari awal. Ia meminta maaf dan tidak bermaksud untuk menjauhi Nathan. Di luar dugaan, Nathan berputar dengan gusar. Dia melepaskan tangan Widha, lalu menghampirinya dengan kepala tertunduk. Nathan kecewa, seandainya bisa menerima rasa simpati dari awal. Ia tetap memaafkan Widha, tapi rasanya mustahil untuk memperlakukannya seperti dulu. Meskipun gestur tubuh Nathan mengatakan hal lain, dia tetap bersikap dingin dan meninggalkannya.

Waktunya giliran Wafi dan Artemis tampil, setelah menyapa singkat penonton hingga menemukan sosok Widha yang tersenyum samar seraya memegangi ponsel. Pertunjukkannya sukses menghibur penonton, selama pertunjukkan sesekali Wafi mengadakan kontak mata dengan penonton sampai Widha menyadari sesuatu. Selesai pertunjukkan, mereka akhirnya bertemu. Ternyata Wafi berniat untuk membahas tentang hubungan mereka juga hal-hal yang berkaitan diantara mereka dengan Nathan. Wafi mengakui, Nathan dapat mendampingi Widha lebih baik dari padanya dan merasakan ada hal lain yang tumbuh di antara mereka berdua. Wafi sadar bahwa mereka tidak akan tinggal terus dalam kebangan masa lalu. Widha beranggapan, seandainya mereka membicarakan hal ini lebih cepat. Meski terbata, Widha menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dan Nathan sore tadi. Mendengarnya semakin membuat Wafi bersalah, pernyataannya yang menyatakan Nathan tidak sepenuhnya jujur menerbitkan harapan bagi Widha. Kemungkinan Nathan kecewa akan kenyataan dirinya tidak membuka kotak itu membuat Widha semakin semangat. Keduanya bergeming dan saling melempar senyum. Wafi berharap, jangan biarkan Nathan jadi hantu baru dalam hidupnya, juga Widha berharap  ia dapat menjaga Keira dengan baik. Setelah mengerti maksud lagu yang tadi dinyanyikan oleh Wafi, Widha bergegas pergi.

YOU’RE TAKING OVER AND YOU’RE CAPTIVATING ME
Kau mengambil alih dan kau memikatku
Pukul tiga dini hari. Widha terjaga dari tidurnya saat ucapan Wafi bergema kuat dalam mimpinya. Kotak yang masih tertutup itu terus menggoda untuk segera dibuka. Sekarang atau menyesal seumur hidup.

Widha menyesali peluangnya untuk menyelesaikan masalahnya Nathan kemarin. Ia  membuka kotak tersebut. Matanya yang terasa berat langsung membeliak saat menemukan tumpukan foto di dalamnya. Ototnya terasa lemas ketika mengetahui objek yang menjadi benang merahnya: dia sendiri. Sebuah burung kertas berwarna jingga adalah hal terakhir yang ditemukannya. Beberapa kalimat tertera di bagian putih kertas, ucapan selamat dan permintaan untuk bertemu di Akropolis di trip terakhir dalam rangka menyelesaikan masalah ini.

Penyesalan yang muncul sanggup menahan tangisan Widha yang akan meledak. Matanya melirik sebuah potret sepasang manula dan membaliknya. Ada tanggal, tempat, serta catatan singkat yang ditulis oleh Nathan.
I want a love that will last with you.

Kantuknya tiba-tiba menghilang. Widha meloncat turun dan membentangkan peta Yunani di lantai. Penyesalan memang selalu datang terakhir. Tebakan-tebakan Deno memang tepat. Nathan berhasil menyeretnya keluar dari bayang-bayang Wafi. Matanya yang berembun lalu terpaku pada satu tempat di peta. Sebuah ide muncul. Entah kenapa, ia sangat yakin Nathan akan pergi ke tempat itu juga. Besok.

Nathan sudah merapikan semuanya sampai paspor dan sebuah tiket pesawat yang akan membawanya pulang ke Perth sore nanti. Jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi, jadi Nathan memutuskan untuk berkeliling di sekitar penginapan. Walau begitu, kepalanya sempat menoleh ke pintu kamar Widha. Menyesali tindakan gegabahnya kemarin di Akropolis, padahal dia sudah berjanji untuk bersikap tenang. Namun kekecewaan tetap menghampirinya dengan ucapan Widha saat itu mengisyaratkan bahwa dia tidak membuka kotaknya. Kejutan lain menghampiri Nathan di lobi, Wafi hendak bertemu Widha dengan tujuan untuk memastikan mereka bertemu. Kenyataan mengatakan yang sebaliknya, Nathan merasakan kelegaan karena Wafi tetap berhubungan dengan Keira.
Sampai langkahnya terhenti di depan sebuah toko buku, sayangnya toko itu masih tutup. Nathan terkejut mendapati kehadiran seorang nenek di sampingnya, ia hendak membuka toko sambil bergumam mengenai keterlambatannya yang disebabkan menabrak seorang gadis yang membawa sebuah kotak berisi kumpulan foto. Kemudian, nenek itu mengeluarkan satu foto yang tertinggal oleh gadis itu. Dia terkejut begitu mengetahui jika foto itu adalah salah satu hasil bidikannya. Widha!

Setelah tahu kemana arah sang gadis itu tuju, Nathan menyeret kakinya ke arah barat Monastiraki, Agora. Semakin cepat Nathan memacu langkah hingga nyaris berlari, suara dan bayangan itu semakin nyata terdengar. Altar Dua Belas Dewa. Castor-Pollux. Menara Mata Angin. Hingga kakinya berhenti di hadapan gundukan batu. Ketika kepalanya menengadah, Nathan terperanjat mendapati dirinya berada di tempat ini.  Ragu Widha akan datang kesini, ia tetap terus berjalan menyusuri reruntuhan Perpustakaan Hadrian. Sampai langkahnya kembali terhenti di depan sebuah pilar. Lantai mozaik dengan motif dua hati.

Telinganya menangkap langkah seseorang di balik pilar, saat membalikkan tubuhnya dan menemukan gadis yang memunggunginya. Nathan mengendap-endap ke belakang, dengan gerakan gesit, ia merenggut earphone kiri dan menyumpalkannya ke telinga tepat saat sang gadis berputar menghadapnya. Mata mereka berserobok. Namun, Nathan tidak tahu lagu yang didengarnya sekarang. “Captivating Me,” cetus Widha.

Kebisuaan kembali menyergap sebelum Widha menunjukkan kotak dalam dekapannya pada Nathan dan meminta maaf karena baru membukanya. Nathan kemudian membukanya dan menatap tumpukan foto yang dia bidik selama perjalanan mereka ke Agora, Plaka dan Rafina. Waktu yang semakin sempit memaksanya untuk mengenyahkan basa-basi. Ia meminta maaf tentang yang terjadi kemarin dan mengakui dirinya sulit mengenali apa yang sebenarnya dirasakan setiap mereka bertemu  bahwa sebenarnya ia telah jatuh cinta.

Merasa bodoh, Nathan mengalihkan pandangannya. Ternyata Widha menyukai ungkapannya, karena ia bisa tahu perasaan pria itu. Penyesalan Widha terhadap sikapnya kemarin ditanggapi Nathan dengan hangat. Ada kekhawatiran dalam suara Widha yang menanyakan kepulangannya ke Perth. Ternyata beberapa jam dari sekarang, Widha berharap mereka masih sempat kembali ke Akropolis bersama-sama. Nathan menjawabnya dengan santai, ia tidak keberatan kalau harus membatalkan keberangkatan demi kencan pertama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH PROPOSAL KEGIATAN (REUNI SMA)

Adverbial Clauses

CONDITIONAL SENTENCES